Cerpen Karangan Bara RedinataKategori Cerpen Kisah Nyata, Cerpen Perjuangan, Cerpen Remaja Lolos moderasi pada 27 February 2021 Semua bermula ketika aku dinyatakan berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri SNMPTN oleh sekolahku. Rasa bahagia sekaligus takut mulai menghantui diriku kala itu. Pada saat itu aku merasa begitu bahagia, namun disaat bersamaan sebenarnya ada begitu banyak keraguan yang terlintas di dalam benakku. “apakah sebenarnya aku mampu untuk bersaing dengan mereka?” ucapku kala itu Kesenangan yang tadi aku dapatkan pun perlahan kian berubah menjadi rasa cemas yang berlebihan kala setiap bayangan kegagalan terlintas di pikiranku. Yang bisa kulakukan saat itu hanyalah berdoa kepada-Nya. Singkat cerita, pengumuman SNMPTN telah di depan mata. Kubuka langsung handphoneku dan aku langsung ke website Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi LTMPT untuk melihat apakah aku lulus atau tidak. Langsung kuklik hasil pengumuman saat itu juga. tapi yang kudapatkan adalah pemberitahuan bahwa website saat itu sedang mengalami masalah dan aku pun disarankan untuk mencobanya beberapa saat kemudian. Beberapa jam kemudian aku coba akses kembali, dan setelah mengulangi selama beberapa kali akhirnya hasilnya pun keluar, dan aku dinyatakan “tidak lolos” SNMPTN. Kegagalanku di SNMPTN sebenarnya cukup berpengaruh pada semangatku. Aku bahkan sebenarnya sempat berpikir untuk memilih berkuliah di universitas swasta saja. Pada saat itu, aku merasa takut dinyatakan gagal untuk kedua kalinya. Tapi, berkat saran teman dan dukungan orangtuaku akhirnya semangat yang tadi sempat padam kini kembali mulai berapi-api lagi. Dan aku coba meyakinkan diriku untuk mau mengikuti SBMPTN. Pandemi covid-19 yang melanda indonesia memaksaku untuk banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Itu menjadi kesempatan yang bagus bagiku untuk mempersiapkan Ujian Tulis Berbasis Komputer UTBK. Aku pun mulai giat belajar saat itu, aku mulai membahas soal-soal UTBK tahun sebelumnya dan mengulang semua materi pelajaran yang pernah diajarkan di SMA. Hari-H UTBK akhirnya tiba juga, saat itu pilihan jurusan pertamaku jatuh ke jurusan Ilmu Komputer di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara UINSU dan pilihan jurusan keduaku jatuh ke jurusan Akuntansi di Universitas Sumatera Utara USU. Sebelum berangkat ujian aku minta doa ke orangtuaku agar ujianku diberikan kelancaran dalam mengerjakannya. Pada saat ujian berlangsung aku merasa bisa mengerjakan setiap soal ujian dengan lancar. Singkat cerita, pengumuman SBMPTN telah keluar. Aku menantikan dengan cemas. Pada hari itu hasil pengumuman sudah bisa diakses di website LTMPT. Aku belajar dari kejadian sebelumnya, pasti saat itu website LTMPT kelebihan akses, pikirku. Jadi aku putuskan membukanya pada sore hari. Kala itu tibalah saat dimana aku mengecek hasil SBMPTN ku. Dan betapa senangnya aku saat yang muncul di layar handphoneku adalah tulisan “selamat anda lulus”. Aku merasa lega dan merasa perjuanganku selama ini tidak sia-sia. Momen kelulusanku juga bertepatan dengan hari ulang tahun ibuku. Kupersembahkan kelulusanku sebagai hadiah kecil dariku di hari yang spesial bagiku dan juga ibuku. TAMAT Cerpen Karangan Bara Redinata Ig Aku hanyalah manusia biasa yang berharap untuk dapat mengukirkan setiap kisah di hidup ku melalui kata-kata. Cerpen Meraih Mimpi merupakan cerita pendek karangan Bara Redinata, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Kebahagiaan Di Ujung Penantian Part 1 Oleh Amalia Sophiah Rusyadi Menanti.. mungkin kata itu yang paling tepat untuk menggambarkan keadaanku sekarang. Banyak orang berkata kalau menanti itu didefinisikan sebagai menunggu hal yang belum pasti. Waktu pun jadi habis karena Jam Enam Oleh Nurul Hikma Saharani Sahra terbangun dari tidurnya dengan perasaan aneh luar biasa. Dunia tiba-tiba terasa hening dan sunyi. Seperti berada di dunia lain. Dilihatnya langit dari jendela kamarnya masih agak gelap. “Bun, Friend’s Foodsteps Oleh Veronica Acnes “Life’s journey is easier when you hear your friends foodsteps beside you.” – Quote Entah apa yang sedang terjadi, tapi aku merasakan angin dengan hawa panas meniup setiap helaian Berangkat Sekolah Oleh Ekhsan Jam udah menunjukkan pukul aku mulai bergegas salat subuh. Lalu aku lanjutkan seperti biasa 2 hari sekali aku ngebersihin tempat wudhu. Jam udah menunjukkan pukul waktunya mandi Ayahku Seorang Kyai Oleh Chairul Sinaga Usiaku masih sekitar 14 tahun, ketika aku pertama kali melihat ayahku marah besar. Bukan, ia bukan marah kepada kami, keluarganya. Tapi, ia mendamprat habis seorang tamu yang sedang berkunjung. “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
CerpenBerjudul Mimpi Posted on 16/07/2019 by admin Kali ini kami akan menyajikan cerpen atau cerita pendek yang terbilang cukup unik dan seru untuk diikuti. silahkan simak dengan baik cerpen yang ada []
Cerpen Karangan Sri YantiKategori Cerpen Inspiratif, Cerpen Mengharukan, Cerpen Perjuangan Lolos moderasi pada 29 March 2017 Hujan membungkus desa. Awan gelap menggumpal-gumpal, petir sekali dua menyambar. Dingin. Kurapatkan selimut menutupi tubuh sembari menatap hujan lewat jendela. Deras. Hujan membasahi teras depan, pohon-pohon, jalan depan, bunga-bunga, toko-toko, belum lagi sekolah yang esok paginya akan becek, licin, yang jika tidak hati-hati bisa terpeleset. Minggu sore yang dihiasi rintihan hujan. Mataku redup menatap ke luar, sedari tadi aku menangis. Dan mungkin air mataku telah habis kutumpahkan, hanya sendu yang tersisa. Tadi habis ashar. Aku dan orangtuaku membicarakan tentang melanjutkan kuliah. Kami bukan orang yang mampu. Bukan orang yang bisa membayar uang kuliah yang bisa mencapai puluhan juta. Ayahku hanya seorang sopir, dan ibuku penjual kue. Apalah dayaku yang tidak bisa melanjutkan kuliah. Hanya menangis menatap hujan. Desa kami terpencil, terluar dan tertinggal. Bukan mudah mencari ilmu yang banyak di sini. Kami para siswa yang miskin buku dan pengetahuan. Harga buku mahal sekali, dan di desa kecil kami tidak ada toko buku, paling hanya kamus yang dijual. Itu saja. Tidak ada novel, komik, majalah, buku pengetahuan yang lebih mendalam, buku lulus UN, tidak ada. Di sekolah, Fasilitas buku kami belum lengkap. Buku-buku yang ada bisa terhitung lama, dan banyak yang berdebu. Ruang perpus yang tidak leluasa. Bagaimana kami memperoleh ilmu yang lebih? Lalu jika ingin kuliah harus membayar mahal sekali. Atau jalur kuliah lain dengan mengemban gelar anak berprestasi’. Bisa apa aku? Siswi sederhana yang miskin ilmu. Jangankan hal yang lebih sulit dari itu, mendapatkan nilai un standar saja hanya angan-angan. Aku hanya bisa berdoa, dan berusaha. Dan itu adalah hal terbaiknya, dalam langit-langit doa, aku punya harapan. Aku punya mimpi yang selalu kuucapkan sehabis sholat. Setidaknya aku percaya mukjizat, keajaiban, yang datangnya dari ALLAH. Usaha selalu berbanding lurus dengan hasil, aku percaya itu. Selama aku berusaha, selama aku giat, ada jalan. Aku harus bisa. Just do it. Senin pagi yang becek. Mendung masih tergantung di langit, sisa-sisa hujan kemarin sore. Namun sekolah kami tetap melaksanakan upacara bendera. Tidak ada hari Senin tanpa upacara, itulah sekilas motonya. Maka mulai hari ini, saat sang bendera merah putih berkibar gagah di langit. Aku memulai habit baruku. Mulai merangkai mimpi kecilku, memompa semangat dalam hati, berusaha sekuat tenaga, aku harus mencari pelangi setelah gelapnya mendung. Aku harus bisa! Aku harus kuliah, mendapatkan pendidikan yang lebih baik, meraih janji kehidupan yang bermutu. Setelah ini aku berusaha sekuat tenaga, belajar lebih giat. Tak kulewatkan satu mata pelajaran pun, jika aku tak mengerti bertanya pada guru, meminjam buku dari berbagai sumber, mencari informasi dari internet, belajar sampai larut, dan bangun lebih awal untuk belajar. Tak peduli jenuh yang kurasakan saat belajar, meskipun kantuk yang menyergapku ketika larut dan subuh. Aku percaya pada mimpiku. Mustahil? Ah mereka yang mengatakan itu takan pernah mengerti rasanya berusaha. Aku selalu ingat pesan moral yang satu ini “Bermimpilah setinggi langit maka saat kau jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang”. Aku menanamkan pesan ini dalam sekali, jauh di dasar hatiku. Aku merangkai mimpi, dan berusaha semampuku. Aku menangis, namun tetap membaca. Hatiku berat dan jenuh belajar, aku tetap berfikir. Tak ada waktu yang kusia-siakan bahkan saat membantu ibuku menjual kue, aku mengerjakan soal-soal. Aku berusaha. Dan tibalah saat pengumuman kelulusan. Aku gugup, gemetar, mual, entahlah. Ini saat yang mendebarkan dalam hidupku. Saat-saat menentukan. Apakah aku lulus atau tidak, apakah nilaiku memenuhi beasiswa atau tidak, aku tidak tahu. Aku telah berusaha semampuku, dan aku pasrahkan semua hasil usaha itu. Dan jika ternyata tidak sesuai harapan, ini mungkin bukan jalanku. Aku harus mengubur mimpi itu, dan mencari jalan lain. Merangkai masa depan yang berbeda. Aku menatap lurus ke depan. “…Rima Asya dinyatakan…” Detik-detik yang lama sekali. Aku pasrah pada hasilnya. Apapun itu. “… Tidak lulus!!” Cairan bening itu menggenang, dan mengalir deras di pipi. Aku terisak. Suaraku parau di tengah teman-teman yang mulai memelukku prihatin. Inikah bintang? Meskipun aku ikhlas, pasrah dengan keadaan, tetap saja terluka. Aku ikhlas.. Namun air mataku tak berhenti mengalir. Aku kuat.. Namu hatiku terasa sakit sekali. Aku pasrah.. Namun rasa kecewa itu ada. Nama teman-teman lain masih disebutkan. Menggema tidak jelas di pendengaranku, lidahku Kelu tak sanggup memberi selamat, atau menguatkan yang lain. Aku tak sanggup tersenyum saat ini. Sakit. Dan saat penutupan, ketika kepala sekolah menyampaikan pidatonya. Dia tersenyum padaku. Aku hanya menatap sendu. Wajahku tak jelas dengan tangis yang sedari tadi mengalir. “… Adapun yang ingin bapak sampaikan adalah, tetaplah berkepribadian yang baik, berusaha sekuat tenaga, … Dan bapak bangga sekali tahun ini, salah satu siswa kita meraih nilai yang sangat baik saat ujian nasional, nilai yang sangat memuaskan, sangat membanggakan.. Dan saking bangganya bapak, serta guru-guru, kami memutuskan menjahili siswa tersebut. Dia adalah Rima Asya dinyatakan lulus dengan nilai rata-rata Riuh menggema satu sekolahan, tepuk tangan ramai bak dengungan lebah, namaku dielu-elu kan. Aku yang antara sadar dan tidak hanya menatap bingung. Tidak percaya. “Selamat yah ri!” Kata mereka. Aku di peluk, air mata ku mengalir. Dan aku sadar ini semua berkat karunia ALLAH semata. Aku bersujud di tanah. Astaga, ini lelucon yang mengharukan dalam hidupku. Terima kasih kepala sekolah. Terima kasih guru-guru. Dan terima kasih sahabat-sahabatku tercinta. Kami semua tenggelam dalam euforia kelulusan. Semarak sepanjang jalan, meramaikan. Dan tentu saja aku bahagia menyerahkan tiket beasiswa pada orangtuaku. Anak perempuannya ini, berhasil bersinar di antara bintang-bintang. Cerpen Karangan Sri Yanti Cerpen Mimpi merupakan cerita pendek karangan Sri Yanti, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Kolak Pelangi dan Sholat Dhuha Oleh Farhan Ramadhan Ramadhan pasti identik dengan pasar dadakan. Di antara kerumunan pedagang yang jumlahnya puluhan itu, terlihat seorang gadis bersama ibunya sedang berjualan kolak. Namanya Aisyah. Sekarang Aisyah dan ibunya menjadi Kemenangan Di Tangan Kita Oleh Lukman Umar Kemenangan adalah hal yang ingin diraih dalam suatu kompetisi. Dalam sepak bola kemenangan adalah hal yang diinginkan sebuah tim untuk meraih juara. Di suatu pagi yang cerah di lapangan Vegetarian Oleh M. Ubayyu Rikza Menjadi seorang vegetarian kadang membuatku repot. Ya, begitulah menjadi spesies unik di tengah mayoritas manusia yang menjadi omnivora. Entah aku menjadi salah satu orang yang ditugaskan menjadi penyeimbang dunia, He Is My Brother Oleh Ilham Sullivan Anya membuka pintu kamarnya, kemudian segera berjalan ke depan pintu kamar Axel. Anya menatapnya dengan kesal, kemudian memukul pintu itu dengan keras sampai tangannya sendiri terasa sakit. “Axel! Bisa My Hero Oleh Ayu Sekarningsih Angin pantai memeluk lembut tubuhku, memutar pasir, dan mengibarkan rambut yang kubiarakan bebas tergerai. Bisikan-bisikan lembut angin seakan menelisik jauh ke dalam diriku, mengucapkan salam rindu dari seseorang yang “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Kitaberdua turun, kamu merebahkan sepedamu di atas rumput. Di dalam mimpi itu kita berdua lantas hanya berdiri menatap hamparan lukisan yang ada di depan kita. Lukisan sungai, lukisan sawah, lukisan siluet gunung yang nampak di kejauhan. Aku ingat kamu begitu fokus, sementara aku diam-diam melirik kesamping, berusaha melihatmu. 100% found this document useful 2 votes1K views4 pagesOriginal Titlecerpen meraih mimpiCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes1K views4 pagesCerpen Meraih MimpiOriginal Titlecerpen meraih mimpiJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. HznSojP.